"Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada nama dan tempat kejadian yang sama hanya kebetulan semata. oke..."
Gonta
ganti pacar? Aku banget tuh. Saking banyaknya aku sampai lupa jumlah
mantan pacarku. Yakh mungkin hampir 40 cowok kali. Sejak SMP udah mulai
mengenal cinta, huhuhu cinta monyet. Bahkan sejak kecil sudah mengenal
suka dengan bocah laki-laki tetanggaku, juga suka dengan anak laki-laki
satu sekolah sore TPA (Taman Pendidikan Alquran, pendidikan diluar
sekolah dasar). Gimana tampangnya dua cowok itu sekarang ya? Jadi
penasaran.
Saat di SMP kelas satu, ada beberapa cowok kaka
kelas yang mengincarku, aku cantik dan imut sih (itu kata temen-temen
loh). Ada satu cowok kelas dua yang saking sukanya sama aku
sampai-sampai bikin aku kesel, abis cowoknya jelek banget sih, udah
hitam jerawatan pula. Tapi....... yang bikin aku seneng dia punya
perantara seorang cowok yang cakep banget, aku suka temenya itu namanya
Yudha, tubuhnya jangkung dan kurus, rambutnya sedikit ikal.
Proses
pendekatan kami, maksudnya aku dan Yudha sangat panjang, berjalan
hingga satu tahun lebih. Dia menyukaiku tapi ga berani bertindak
menembakku, cuma ngasih sedikit sinyal-sinyal. Aku tahu dia sering
curi-curi pandang padaku.
Aku naik ke kelas dua dan Yudha
kelas tiga. Kami masih juga belum..... berpacaran. Dia amat penakut
menyatakan cinta monyetnya. Sedangkan cowok-cowok lain berebut
berlomba-lomba menyatakan cinta padaku. Ada yang rela kuminta seorang
cowok yang menyatakan cintanya dengan menuliskan kata ‘Aku Cinta Kamu’
seribu kali dalam waktu satu hari, begitu dia memenuhi syaratku eh
malah tetap saja kutolak cintanya. Ada juga yang ngotot walau udah di
tolak berkali-kali masih nekat juga.
Saat ujuan kenaikan
kelas, kebiasaan sekolahku semua tingkat digabung menjadi satu, misanya
kelas 1A digabung dengan kelas 2A duduknya sebangku kiri si kelas 1 dan
kanan si kelas 2. waktu itu aku duduk dibarisan belakang kursinya
Yudha, disanalah dia mulai berani banyak bicara, bicaranya tidak lagi
mengenai temennya yang menyukaiku (dia kan perantara temennya, yakh
seperti mak comblangnya kami lah).
Ujian selesai, biasanya
dalam satu minggu menjelang pembagian rapor, sekolah mengadakan
beberapa pertandingan antar kelas. Aku dipaksa temen-temenku untuk
mengikuti lomba melukis gara-gara hasil lukisanku lumayan bagus
dibandingkan temen-temen dikelas padahal aku benar-benar tidak bakat
melukis, aku memang suka lukisan dan pengen jadi pelukis tapi apa boleh
buat tidak berbakat. Ternyata si Yudha juga ikut lomba melukis, dia
pandai melukis, lukisannya bagus. Hummm aku jadi minder dengan hasil
lukisanku yang kayak anak TK, maluuuuu....
Yudha cepat
menyelesaikan lukisannya, dengan terang-terangan dia memotretku disaat
aku lengah, ugh aku jadi salah tingkah. Kemudian dia dan temen-temennya
memanggil namaku, “Nina.....” aku berpaling kearah mereka. Jepret! Lampu
blits kamera menyilaukan mataku. Mereka berhasil memotretku dengan pose
yang memalukan. Aku yakin pasti poseku saat itu aku sedang berteriak
kaget dengan mata terpejam dan mulut menganga lebar. Hingga kini aku tak
pernah melihat hasil photo itu. (wkwkwkwkwk)
Aku lupa
bagaimana Yudha menyatakan cintanya padaku hingga kami resmi jadian,
yang aku ingat kami jadian disaat-saat menjelang kenaikan kelas tiga dan
dia akan lulus dari sekolah SMPku. Pernah suatu hari dia mengajakku
kerumahnya, rumahnya dekat sekali dengan sekolahku dan dirumah itu tidak
ada siapa-siapa selain kami berdua. Dia mengajakku kekamarnya yang
berada di depan dekat dengan pintu keluar. Aku melihat-lihat isi
kamarnya, kamarnya rapi dan bersih, terdapat sketsa-sketsa abstrak
menempel di dinding kamarnya.
Sekonyong-konyong dia
mendekapku. Aku menarik diri, merasa jengah karena aku belum pernah satu
kalipun dipeluk orang dalam hidupku bahkan orang tuaku sendiri. Dan...
tiba-tiba bibirnya mendarat di bibirku, aku refleks menghindar jadi dia
hanya mendapat ciuman sekilas, tapi bibirnya berasa di bibirku. Ini juga
pengalaman pertamaku, the first kiss. Tapi aku menanggapi ciuman
pertamaku itu dengan buruk. Aku langsung keluar pintu dan pulang dengan
linglung. (hahaha pengalaman the first kiss yang lucu banget deh).
Setelah
kejadian the first kiss itu aku tak pernah mau lagi ke rumahnya dan
pengalaman ciuman itu cukup hanya di situ saja. Beberapa hari menjalin
cinta monyet dengan Yudha, aku mulai merasa bosan. Mulailah aku memasang
rencana menghindari Yudha, dia sering mencari-cariku tapi aku
menghindar. Dimana aku melihat dia, aku pasti mencari cara untuk
menghilang dari pandangannya. Hahaha ironis sekali, pendekatan yang
panjang hampir dua tahun tetapi saat sudah menaklukkannya aku malah
menjadi bosan dalam waktu singkat.
Yudha lulus sekolah SMP
dan aku naik ke kelas tiga. Aku lega karena sudah tidak perlu
menghindarinya lagi. Mungkin dia sudah bosan dengan sikapku yang sering
menghindarinya, dia mulai pendekatan dengan cewek lain di sekolah
barunya di SMA, kebetulan sekali cewek itu adalah saudara teman
sekelasku. Aku mendapatkan laporan dari temanku mengenai Yudha dan
saudaranya. itu jadi lebih baik bagiku untuk memutuskan hubungan kami.
Akhirnya surat putus cintapun kulayangkan dengan nada menuduh dan
melekatkan kesalahan padanya. Kamu bersalah! Kamu berkhianat! Kita putus
saja! Titik! Itu inti suratnya, tapi tidak persis seperti itu sih,
suratnya amat panjang, aku menulisnya dengan bangga karena isinya sangat
menyentuh dan kata-katanya amat puitis. Beberapa temannya yang juga
berteman denganku juga membaca isi surat itu. Coba seandainya surat itu
ada arsipnya seperti di kantor-kantor, hahaha bakalan masuk majalah
remaja tuh.
Bersambung.......
Ditulis di Semarang, 17 Februari 2011
Tidak ada komentar:
Posting Komentar