Rabu, 29 Februari 2012

Cerpen : Cinta Monyet Vs. Cinta Sebenarnya (Part 1)

"Cerita ini hanya fiktif belaka, jika ada nama dan tempat kejadian yang sama hanya kebetulan semata. oke..."

Gonta ganti pacar? Aku banget tuh. Saking banyaknya aku sampai lupa jumlah mantan pacarku. Yakh mungkin hampir 40 cowok kali. Sejak SMP udah mulai mengenal cinta, huhuhu cinta monyet. Bahkan sejak kecil sudah mengenal suka dengan bocah laki-laki tetanggaku, juga suka dengan anak laki-laki satu sekolah sore TPA (Taman Pendidikan Alquran, pendidikan diluar sekolah dasar). Gimana tampangnya dua cowok itu sekarang ya? Jadi penasaran.

Saat di SMP kelas satu, ada beberapa cowok kaka kelas yang mengincarku, aku cantik dan imut sih (itu kata temen-temen loh). Ada satu cowok kelas dua yang saking sukanya sama aku sampai-sampai bikin aku kesel, abis cowoknya jelek banget sih, udah hitam jerawatan pula. Tapi....... yang bikin aku seneng dia punya perantara seorang cowok yang cakep banget, aku suka temenya itu namanya Yudha, tubuhnya jangkung dan kurus, rambutnya sedikit ikal.

Proses pendekatan kami, maksudnya aku dan Yudha sangat panjang, berjalan hingga satu tahun lebih. Dia menyukaiku tapi ga berani bertindak menembakku, cuma ngasih sedikit sinyal-sinyal. Aku tahu dia sering curi-curi pandang padaku.

Aku naik ke kelas dua dan Yudha kelas tiga. Kami masih juga belum..... berpacaran. Dia amat penakut menyatakan cinta monyetnya. Sedangkan cowok-cowok lain berebut berlomba-lomba menyatakan cinta padaku. Ada yang rela kuminta seorang cowok yang menyatakan cintanya dengan menuliskan kata ‘Aku Cinta Kamu’ seribu kali dalam waktu satu hari, begitu dia memenuhi syaratku eh malah tetap saja kutolak cintanya. Ada juga yang ngotot walau udah di tolak berkali-kali masih nekat juga.

Saat ujuan kenaikan kelas, kebiasaan sekolahku semua tingkat digabung menjadi satu, misanya kelas 1A digabung dengan kelas 2A duduknya sebangku kiri si kelas 1 dan kanan si kelas 2. waktu itu aku duduk dibarisan belakang kursinya Yudha,  disanalah dia mulai berani banyak bicara, bicaranya tidak lagi mengenai temennya yang menyukaiku (dia kan perantara temennya, yakh seperti mak comblangnya kami lah).

Ujian selesai, biasanya dalam satu minggu menjelang pembagian rapor, sekolah mengadakan beberapa pertandingan antar kelas. Aku dipaksa temen-temenku untuk mengikuti lomba melukis gara-gara hasil lukisanku lumayan bagus dibandingkan temen-temen dikelas padahal aku benar-benar tidak bakat melukis, aku memang suka lukisan dan pengen jadi pelukis tapi apa boleh buat tidak berbakat. Ternyata si Yudha juga ikut lomba melukis, dia pandai melukis, lukisannya bagus. Hummm aku jadi minder dengan hasil lukisanku yang kayak anak TK, maluuuuu....

Yudha cepat menyelesaikan lukisannya, dengan terang-terangan dia memotretku disaat aku lengah, ugh aku jadi salah tingkah. Kemudian dia dan temen-temennya memanggil namaku, “Nina.....” aku berpaling kearah mereka. Jepret! Lampu blits kamera menyilaukan mataku. Mereka berhasil memotretku dengan pose yang memalukan. Aku yakin pasti poseku saat itu aku sedang berteriak kaget dengan mata terpejam dan mulut menganga lebar. Hingga kini aku tak pernah melihat hasil photo itu. (wkwkwkwkwk)

Aku lupa bagaimana Yudha menyatakan cintanya padaku hingga kami resmi jadian, yang aku ingat kami jadian disaat-saat menjelang kenaikan kelas tiga dan dia akan lulus dari sekolah SMPku. Pernah suatu hari dia mengajakku kerumahnya, rumahnya dekat sekali dengan sekolahku dan dirumah itu tidak ada siapa-siapa selain kami berdua. Dia mengajakku kekamarnya yang berada di depan dekat dengan pintu keluar. Aku melihat-lihat isi kamarnya, kamarnya rapi dan bersih, terdapat sketsa-sketsa abstrak menempel di dinding kamarnya.

Sekonyong-konyong dia mendekapku. Aku menarik diri, merasa jengah karena aku belum pernah satu kalipun dipeluk orang dalam hidupku bahkan orang tuaku sendiri. Dan... tiba-tiba bibirnya mendarat di bibirku, aku refleks menghindar jadi dia hanya mendapat ciuman sekilas, tapi bibirnya berasa di bibirku. Ini juga pengalaman pertamaku, the first kiss. Tapi aku menanggapi ciuman pertamaku itu dengan buruk. Aku langsung keluar pintu dan pulang dengan linglung. (hahaha pengalaman the first kiss yang lucu banget deh).

Setelah kejadian the first kiss itu aku tak pernah mau lagi ke rumahnya dan pengalaman ciuman itu cukup hanya di situ saja. Beberapa hari menjalin cinta monyet dengan Yudha, aku mulai merasa bosan. Mulailah aku memasang rencana menghindari Yudha, dia sering mencari-cariku tapi aku menghindar. Dimana aku melihat dia, aku pasti mencari cara untuk menghilang dari pandangannya. Hahaha ironis sekali, pendekatan yang panjang hampir dua tahun tetapi saat sudah menaklukkannya aku malah menjadi bosan dalam waktu singkat.

Yudha lulus sekolah SMP dan aku naik ke kelas tiga. Aku lega karena sudah tidak perlu menghindarinya lagi.  Mungkin dia sudah bosan dengan sikapku yang sering menghindarinya, dia mulai  pendekatan dengan cewek lain di sekolah barunya di SMA, kebetulan sekali cewek itu adalah saudara teman sekelasku. Aku mendapatkan laporan dari temanku mengenai Yudha dan saudaranya. itu jadi lebih baik bagiku untuk memutuskan hubungan kami. Akhirnya surat putus cintapun kulayangkan dengan nada menuduh dan melekatkan kesalahan padanya. Kamu bersalah! Kamu berkhianat! Kita putus saja! Titik! Itu inti suratnya, tapi tidak persis seperti itu sih, suratnya amat panjang, aku menulisnya dengan bangga karena isinya sangat menyentuh dan kata-katanya amat puitis. Beberapa temannya yang juga berteman denganku juga membaca isi surat itu. Coba seandainya surat itu ada arsipnya seperti di kantor-kantor, hahaha bakalan masuk majalah remaja tuh.

Bersambung.......

Ditulis di Semarang, 17 Februari 2011

Tidak ada komentar:

Posting Komentar