Aku menatap jauh, garis cakrawala diujung seberang. Angin mempermainkan
rambutku yang tergerai. Aku suka dengan sentuhan angin diwajahku dan belaian
lembut dari rambutku. Aku duduk tenang diatas susunan bebatuan, menggoreskan
pena diatas memo kecil yang kuambil dari dalam tasku, sambil sesekali kutatap
ombak yang berbaris.
Jauh dibelakangku, ada banyak orang dipantai ini. Mereka datang
berpasangan, bersama keluarga atau rombongan teman-teman. Hanya aku seorang
yang kemari sendirian tanpa pasangan, keluarga ataupun teman. Tempatku duduk
sangatlah kentara, dari jauhpun aku akan terlihat jelas sedang duduk sendiri
disini.
Apa yang orang pikirkan ketika melihatku melangkahkan kaki pelan diatas
bebatuan tinggi ini? Mungkin mereka berpikir aku ingin bunuh diri. Hahaha...
tidak! Atau mungkin mereka berpikir aku sudah gila duduk sendiri memegang pena
dan memo sambil termenung. Akh, sebodoh amat dengan pikiran mereka. Ini
hidupku, terserah aku mau melakukan apapun selagi itu tidak mengganggu orang
lain.
Dulu, aku memang ingin mencoba bagaimana rasanya kemari seorang diri, kini
tercapai juga. Perjalanan dengan perjuangan berat bagiku. Sepanjang jalan
medannya sulit karena jalan yang amat rusak, bolong-bolong dan becek, berat
bagiku karena aku tidak lancar mengendarai motor, nyaris membuatku terjatuh.
Yang mebuatku berat juga adalah sepanjang jalan ini merupakan jalan kenangan.
Meski aku terlihat happy mengendarai motor ini sambil bibirku ikut bersenandung
bersama earphone yang kupasang ditelingaku, tetapi hatiku terus saja mengeluh, “aku ingat dia”, seperti aku masih
belum rela melepaskannya.
Teramat betah duduk berlama-lama disini tanpa pedulikan sekelilingku.
Tanganku dengan santai menuliskan isi hatiku dilembar berikutnya dalam memoku.
Lelah, kusandarkan bahuku pada sebuah tiang, tanganku merogoh isi tas berharap
menemukan permen, aku malah menemukan sekotak rokok Sampoerna lengkap dengan
matches. Isi rokok itu masih banyak, hanya berkurang satu batang, rokok yang
kubeli kemarin. Aku mulai merokok lagi setelah beberapa tahun bibirku tak
pernah tersentuh oleh rokok. Kukeluarkan sebatang rokok dari kotaknya, kuapit
dibibirku dan berulang kali berusaha menyalakan matches yang selalu padam
tertiup angin. Kupandangi rokok dijariku yang telah menyala dan telah beberapa
kali ku isap. Apa nikmatnya sih merokok? Kenapa banyak cowok tidak bisa
menghentikan atau mengurangi merokok?
... Adakah cinta yang tulus
kepadaku. Adakah cinta yang tak pernah berakhir...
Tak terasa aku turut bersenandung lagunya Fathur, yea itulah aku,
bagaimanapun suasana hati dan keadaanku jika mendengarkan lagu selalu saja aku
mengikuti lagunya tidak perduli dengan suaraku yang amat pas-pasan.
Sekeras apapun aku menyangkal keberadaannya dihatiku, sedalam itu juga dia
semakin masuk kedalamnya. Yang kutahu selama itu, perasaanku biasa saja, datar
apa adanya karena aku type cewek yang tidak mudah jatuh cinta. Tetapi setelah
kepergiannya, aku merasa sendirian, sepi ditengah keramaian. Mungkin saja karena
aku mulai terbiasa selalu bersamanya dan ketika sudah tidak bersamanya lagi
seperti ada sesuatu yang hilang dariku.
Apakah itu sebuah “Cinta?”
Atau perasaan “Sayang?”
Atau ketergantunganku padanya?
Setiap hari selalu kutanyakan itu pada benakku dan aku tidak tau
jawabannya, aku selalu saja mengatakan “Bukan” dan “Mungkin” pada diri sendiri.
Ditulis di Pantai Gedambaan Kotabaru, Minggu, 04 Maret 2012, 15.30 Wita
Tidak ada komentar:
Posting Komentar